Bogor-Prodi Sarjana Biologi Fakultas MIPA Militer Unhan RI melaksanakan Kuliah Pakar dengan tema “Biodefense”. Kegiatan Kuliah Pakar Prodi Sarjana Biologi ini dibuka dengan sambutan oleh Plt. Kaprodi Sarjana Biologi Fakultas MIPA Militer Unhan RI, Bapak Letkol Arh Sukanto, S.Si., M.Sc. pada sesi pertama dan dibuka dengan sambutan oleh Plt. Wakil Dekan Bidang Keuangan dan Umum Fakultas MIPA Militer Unhan RI, Bapak Kolonel Ckm (Purn) Nurhadiyanta, S.Si., M.Si. Kegiatan Kuliah Pakar ini dilaksanakan secara offline bertempat di ruang Theater Gedung Auditorium Lantai 2 Universitas Pertahanan RI, Bogor, Jawa Barat dan secara online melalui media Zoom Meeting pada hari Jumat (13/06).
Pada sesi pertama, Plt. Kaprodi Sarjana Biologi Fakultas MIPA Militer Unhan RI menyampaikan bahwa tantangan di bidang pertahanan biologi menjadi semakin kompleks seiring dengan kemajuan bioteknologi saat ini. Isu-isu seperti pandemi, bioteroris, dan penyalahgunaan hayati menuntut kita semua khususnya civitas akademik untuk memiliki pemahaman yang mendalam serta tanggap terhadap ancaman dalam bentuk biodefense. Melalui kegiatan ini, diharapkan dosen mampu meningkatkan literasi ilmiah dan kewaspadaan terhadap aspek-aspek kritis dalam bidang biodefense, memanfaatkan biodefense sebagai topik riset, tercapainya realisasi mata kuliah serta capaian lulusan yang sesuai dengan visi dan misi Fakultas dan Prodi. Pada sesi kedua,
Plt. Wakil Dekan Bidang Keuangan dan Umum Fakultas MIPA Militer Unhan RI juga menyampaikan bahwa biodefense tidak hanya domain para ahli biologi saja, namun menjadi perhatian strategis dalam kebijakan nasional. Kegiatan Kuliah Pakar ini merupakan wujud komitmen Prodi Sarjana Biologi Fakultas MIPA Militer Unhan RI dlam mendukung penguatan wawasan ilmiah dan kesiapsiagaan mahasiswa dalam emnghadapi tantangan masa depan.
Kegiatan Kuliah Pakar Prodi Sarjana Biologi Fakultas MIPA Militer Unhan RI dipandu oleh moderator yang merupakan Kadet Mahasiswa Prodi Sarjana Biologi, Hudzaifah An-Naufal Fazasmara dan menghadirkan Narasumber pertama yaitu Dr. drh. Joko Pamungkas, M.Sc., IFBA-PC yang merupakan Wakil Koordinator INDOHUN dengan tema “Biosafety dan Biosecurity Penyakit Zoonosis”. Dalam paparannya, beliau menjelaskan bahwa One Health adalah pendekatan terpadu yang menyatukan berbagai sektor dan disiplin ilmu secara berkelanjutan untuk menyeimbangkan dan mengoptimalkan kesehatan manusia, hewan, tumbuhan dan lingkungan (atau dikenal dengan ekosistem). Hal ini bertujuan untuk menangani ancaman terhadap eksehatan dan ekosistem dengan cara kolaborasi, koordinasi, komunikasi, dan peningkatan kapasitas, baik di tingkat lokal, nasional dan regional hingga global. Beliau menekankan pada inklusivitas, kesetaraan, dan akses yang cukup pada hal tersebut. Selanjutnya, beliau mengatakan bahwa mayoritas penyakit yang dialami oleh manusia berasal dari hewan dan satwa liar seperti kelelawar, tikus dan primata. Sementara itu, 70% dari penyakit baru pada manusia berasal dari satwa liar dengan cara penularan melalui gigitan dari satwa liar (seperti rabies) dan konsumsi makanan (seperti virus yang ditemukan pada daging babi atau kencing kelelawar yang tidak sengaja dikonsumsi manusia menempel pada bahan makanan). Beliau menjelaskan bahwa sars cov tertular dari intermediet host (atau perantara), bukan dari satwa liar secara langsung dan hal ini diterbitkan di majalah ilmiah sel. Beliau juga membahas peta persebaran penyakit dari tahun 2004 hingga 2017 dan 2020, membahas tentang masyarakat Sulawesi Utara yang paling banyak mengkonsumsi satwa liar (satwa primate, tikus putih, dan kelelawar). Penyakit ini bias muncul secara alami atau sudah ada yang ditularkan di alam melalui perantara hewan atau secara langsung kepada manusia dan bisa juga melalui laboratorium karena adanya kekeliruan dalam memberi label pada tabung sehingga virus menjalar dan wilayah tersebut terkontaminasi.Kemudian, beliau membahas tentang biosafety yang berfokus melindungi manusia dan lingkungan dari paparan yang tidak disengaja oleh agen hayati yang berbahaya, membahas tentang biosecurity khususnya langkah pengamanan dan pencegahan.
Setelah selesai paparan sesi pertama, kadet mahasiswa pada sesi diskusi pertama menanyakan terkait strategi pencegahan yang paling baik dan tepat untuk mengatasi penyakit zoonosis di peternakan. Pemapar menjawab bahwa peternakan harus memiliki biosafety terutama pada peternakan unggas (seperti penyakit flu burung) dengan mengamati gen dari spesies luar yang masuk ke peternakan. Langkah lainnya adalah melakukan biosecurity melalui imunisasi pada kelompok unggas.
Selanjutnya, Narasumber kedua yaitu drh. Duma Sari Margaretha Harianja, M.Si. yang merupakan Kepala Balai Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan, Provinsi Banten dengan tema “Biosecurity Tumbuhan”. Dalam paparannya, beliau menjelaskan bahwa biosecurity Badan Karantina Indonesia memiliki fungsi yaitu pengamanan wilayah dari ancaman, penguatan perbatasan, kewaspadaan terintegrasi dan perlindungan sumber daya hayati. Badan Karantina Indonesia menggunakan digitalisasi layanan dan pelibatan stakeholders dalam mencegah munculnya ancaman seperti perdagangan global secara illegal terkait satwa dan tumbuhan. Hal ini karena Indonesia memiliki 25.000 jenis flora, 400.000 jenis fauna, jumlah penduduk 274 juta jiwa dan produsen karet serta CPO terbesar. Beliau juga membahas mengenai dasar hukum karantina ( UU No. 21 Tahun 2019 dan PP No. 29 Tahun 2023 serta peraturan lainnya), membahas tentang karantina pencegahan penyakit dan hama, membahas tugas karantina mencakup tindakan pre border (inspeksi, recognition, laboratory registration mechanism, penguatan kerjasama antar otoritas), at border (melakukan tindakan karantina, penetapan pintu masuk atau keluar resmi barang atau hewan atau tumbuhan, eksekusi perlindungan SDH, IT connectivity), dan post border (monitoring, pengendalian risiko, penegakan hukum, pemberdayaan peran stakeholders). Kemudian, beliau mengungkapkan bahwa sinergi biosecurity perlu dilakukan oleh TNI, Polri dan kemitraan global dan terdapat ancaman dari adanya South American Leaf Blight (penyakit serius pada tanaman karet oleh jamur Microcylus ulei).
Setelah selesai paparan sesi kedua, kadet mahasiswa pada sesi diskusi kedua menanyakan terkait mekanisme biosecurity terhadap penanganan limbah industri. Pemapar menjawab bahwa biosecurity pada post border hanya di instalasi dan yang bertanggung jawab adalah badan/kementerian/lembaga terkait.
Melalui kegiatan Kuliah Pakar Prodi Sarjana Biologi Fakultas MIPA Militer Unhan RI ini, diharapkan menjadi langkah yang berkelanjutan bagi stakeholders terkait dalam penguatan sistem biosafety dan biosecurity khususnya untuk sumber daya hayati Indonesia. Kegiatan ini diakhiri dengan foto bersama.